Senin, 26 September 2016

Multietnis Bangsa Perancis - France En Multietnique



 Histoire de France


 

 

En France Multiethinique

R
É
D
I
G
É


Par :                Ade Yannetri Sianturi
   Santri M Nababan


                  Pendidikan Bahasa Perancis
                           Universitas Negeri Medan











Bab 1
                              Pendahuluan
 

1. Latar Belakang

            Multietnis/ Multikultural adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara.

Perancis adalah salah satu negara yang memiliki banyak keberagaman etnis. Sepertiga dari penduduk perancis bukanlah penduduk asli perancis melainkan masyarakat imigran.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu multietnis?
2. Mengapa negara Perancis memiliki banyak keberagaman etnis?
3. Bagaimana Perancis dapat menerima keberagaman etnis ini?

4. Kapan masyarakat Perancis mulai menerima keberagaman etnis ini?
5. Apa yang menyebabkan etnis-etnis lain ingin tinggal di Perancis?

3.  
Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang keberagaman etnis di perancis dan sejarah awal perkembangan masyarakat multietnis di Perancis.








BAB 2
Pembahasan

PENGERTIAN

Istilah multietnis sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Negara Perancis merupakan salah satu negara yang memiliki sekitar 7 persen populasi  penduduknya terdiri dari etnis bangsa lain.

Di Perancis terdapat kurang lebih 60 juta penduduk. Sebagian dari penduduk Perancis adalah imigran dari Afrika, Asia, dan Eropa lainnya. Perancis terkenal sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah imigran dari berbagai negara francophone. Negara yang termasuk dalam negara francophone adalah negara bekas jajahan negara Perancis. Dulu Perancis negara yang banyak membutuhkan warga negara, karena pada masa itu terjadi kudeta terbesar di sejarah kenegaraan Perancis. Selain banyak negara jajahannya yang ingin merdeka, banyak warga negara Perancis menjadi korban perang besar-besaran saat melawan Pemerintahan yang di anggap tidak memihak pada rakyatnya. Setelah jatuhnya pemerintahan monarki absolute yang dipimpin oleh Louis XVI, Perancis sempat mengalami kekosongan pemerintahan. Oleh sebab itu, sisa dari pemerintahan merundingkan untuk dibuat pemerintahan yang baru yang dapat membantu kembali Perancis pada masa jayanya.

Kelompok minoritas terbesar adalah dari Aljazair, Indocina, Italia, Maroko, Portugal, Spanyol, Tunisia, Turki dan Afrika.Pada tahun 1900-an, ratusan ribu imigran dari koloni-koloni Perancis di Afrika dan Indocina pindah ke Perancis. Status para imigran ini dan keturunannya mewakili angkatan kerja Perancis yang belum terserap ke dalam lapangan kerja. Banyak dari mereka yang tinggal di daerah-daerah kumuh. Namun, lain halnya dengan imigran Vietnam yang lebih terintegrasi ke dalam masyarakat Perancis.

Perancis adalah negara yang memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap berbagai etnis. Sehingga tidak heran jika banyak penduduk di perancis yang merupakan masyarakat imigran. Seperti pada tahun 2015, perancis menerima imigran Suriah sekitar 30.000 pengungsi untuk menetap sementara di Perancis.







PERMASALAH YANG MUNCUL

Berbagai pro-kontra terjadi selama  terjadinya perpindahan imigran luar. Pada masa itu banyak muncul penolakan dari komunitas lokal terhadap kedatangan para imigran, karena persoalan eksploitasi sumber daya alam, kekerasan fisik dan bentuk-bentuk ketidakadilan lainnya. Sehingga munculah perdebatan-perdebatan yang bersifat diskriminatif dan rasis yang menjadi suatu wacana besar. Wacana-wacana rasis ini menjadi satu aspek yang banyak diteliti oleh ahli-ahli wacana seperti Van Dijk (1988) atau Fairclough (1992; 1995a; 1995b). Dalam konteks sosial,kultural dan politik Perancis, discourse rasisme masih sering muncul dalam wacana-wacana aktual.

Seperti telah dijelaskan di atas, gelombang besar imigrasi orang-orang benua lain ke Eropa menjadi permasalahan tersendiri di Perancis. Pandangan ini berpengaruh terhadap hubungan Perancis dengan negara asal orang-orang tersebut yang dalam konteks Perancis sebagian besar berada di wilayah Francophone. Wacana ini berkembang dan menjadi kontroversi di antara orang-orang Perancis sendiri yang kemudian memecah mereka ke dalam kotak-kotak ideologi yang berbeda.

Polemik yang panjang ini juga membawa dampak secara psikologis maupun kultural dan sosial bagi para imigran maupun keturunannya. Peristiwa pembakaran besar-besaran pada tahun 2007 ketika saat itu terjadi amuk massa besar-besaran di Perancis yang disinyalir dimotori para imigran dan keturunannya merupakan klimaks tuntutan anti rasisme terhadap mereka. Peristiwa pembakaran mobil di atas pun merupakan signal yang menunjukkan masih adanya tensi antara in group yang terinklusi serta berfungsi sebagai sentral, yakni warga Perancis (asli) dan out group yang tereksklusi atau sebagai periferi yakni para imigran.

Menurut Olivier Poivre d’Arvor. :

’Je suis convaincu que la France a besoin de l’Afrique, des cultures africaines, pour féconder ses pensées, son imaginaire, comme cela s’est déjà passé au début du XX siècle avec le mouvement cubiste. C’est pourquoi, au cours des dernières années, l’Afaa a pris une part grandissante dans l’organisation des manifestations culturelles africaines. Nous avons soutenu la récente exposition « Africa Remix » (2005) à Beaubourg.‘’

‘’Saya yakin bahwa Prancis membutuhkan Afrika, budaya Afrika untuk menyuburkan pikiran dan imajinasinya, seperti yang telah terjadi pada awal abad ke-20 dengan gerakan cubiste. Itulah mengapa, tahun-tahun belakangan ini, l’Afaa mengambil peran yang besar dalam organisasi Critical Discourse.’’

Hal ini menunjukan bahwa peranan warga imigran luar memiliki dampak positif bagi bangsa Perancis itu sendiri karena dapat menyuburkan pikiran dan imajinasi orang Perancis. Serta dapat memperkaya kebudayaan negara itu sendiri. Meskipun didalamnya terjadi polemik antar warga Perancis asli dengan warga imigran .

 

MUNCULNYA IMIGRAN DI PERANCIS

Sejak tahun 1999, Perancis menerima pendatang lebih banyak dari negaranegara tetangga yaitu Eropa Timur (VOA, 2011). Negara tetangga ini sebenarnya hanya menjadi pintu masuk para imigran dari Afrika dan Timur Tengah menuju Perancis. Karena apabila diperhatikan berdasarkan letak geografis, Perancis berbatasan langsung dengan Laut Mediterania dan Italia (Eropa Timur). Sebagian besar imigran yang berasal dari Afrika, khususnya Tunisia dan Libya, Morocco masuk ke Perancis melalui Italia dan juga Laut Mediterania.

Sebelum tahun 2000, Perancis merupakan sebuah negara Eropa dan negara anggota Uni Eropa yang dikenal sebagai negara yang terbuka menerima imigran atau pendatang dari berbagai negara. Namun di sisi lain, Perancis juga merupakan negara anggota Uni Eropa yang dikenal sebagai negara dengan tindak diskriminasi terhadap imigran cukup tinggi. Latar belakang diskriminasi ini, dari pihak Perancis sebenarnya didasari atas tingkat kriminalitas yang tinggi serta munculnya perpecahan di dalam masyarakat. Terjadi peningkatan kriminalitas akibat imigran sebesar 10-15% setelah tahun 2000 (Ruben Navarrette, The Union Tribun, 2008). Dan di sisi lain pula, tercatat bahwa jumlah imigran di Perancis terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai 11% dari total jumlah penduduk Perancis 60 juta jiwa pada tahun 2007.



La France est-elle multiethnique et (ou) multiculturelle ...

Masyarakat multikultural tidak hanya terdapat di Indonesia, Amerika Serikat atau negara besar dan berkembang. Masyarakat multikultural pun ada di Perancis negara yang terkenal dengan slogan “Liberte, Egalite, Fraternite”. Orang Perancis asli sejatinya berasal dari campuran orang Kert (Galia) dan Romawi. Dapat kita lihat kini negara Perancis sekarang tidak lagi banyak dihuni oleh orang berkulit putih tapi juga dihni oleh orang-orang berkulit hitam dan merah seperti Arab dan Afrika.

Perancis merupakan negara yang terkenal dengan sejarah kolonisasinya. Negara jajahan Perancis sebagian besar merupakan negara-negara Afrika seperti Maroko, Aljazair, Sengal dan masih banyak lagi. Masyarakat dari negara-negra jajahan itulah yang kelak membantu Perancis berperang melawan Jerma dan Alliansinya dalam perang dunia ke-2. Pasca perang dunia ke-2, Perancis membutuhkan banyak pekerja kasar untuk membangun negerinya yang  porak poranda, sehingga semakin banyak imigran yang datang ke negeri itu untuk bekerja dan kemudian bekerja disana. Hal inilah yang melatarbelakangi multikulturalisme di Perancis.

Sejak dulu hingga sekarang, Pemerintah Perancis terus berupaya membangun integrasi negaranya. Dapat kita lihat dari buku-buku dan majalah Perancis untuk anak dan remaja yang didalamnya sering dimuat artikel atau slogan-slogan anti rasisme. Pemerintah Perancis juga telah melakukan berbagai upaya untuk menyatukan para imigran dengan penduduk asli Perancis. Pemerintah Perancis sangat menyadari bahwa dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional, masyarakat seharusnya saling menghargai dan menghormati kebudayaan yang sudah ada dan kebudayaan yang dibawa dari luar seharusnya dapat memperkaya kebudayaan Perancis itu sendiri. Oleh karena itu, usaha penyatuan tidak boleh dilakukan secara paksa dengan menghilangkan kebudayaan yang asli melainkan melalui pembaruan secara bertahap yang dapat saling menerima dalam suatu wadah masyarakat yang menganut  liberte, egalite, fraternite.




















KESIMPULAN

Kesimpulannya,bahwa kedatangan para imigran terjadi karena latar belakang sejarah Perancis itu sendiri. Peristiwa itu terjadi karena turunnya tahta seorang raja bernama Louis XVII,yang pada saat itu Perancis menganut sistem pemerintahan monarki absolut. Pada saat penurunan tahta itu Perancis mengalami kekosongan pemerintahan. Selain itu perancis juga mendapat suatu kerugian yang besar karena Perancis kehilangan banyak warga negaranya setelah terjadi suatu pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat perancis sendiri sebagai simbol dari penolakan atas kebijakan yang ada. Sehingga pada saat Perancis akan menata kembali suatu pemerintahan, dibutuhkan warga negara yang dapat membantu Perancis bangkit dari keterpurukan dan warga negara tersebut datang dari berbagai negara yang termasuk negara francophone. Meskipun dengan kebijakan tersebut menghasilkan pro-kontra bagi warga negara Perancis. Seperti munculnya masalah rasisme yang hingga saat ini masalah tersebut menjadi perbincangan yang belum bisa terselesaikan.

 


REFERENSI
Wening Undasworo.2009.”Politik pluralis Perancis” [online].
Tersedia http:/www.weningw@yahoo.com. [15 september 2009]
https://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Perancis







silahkan berikan komentar dan +1 




BELIEVE
26-09-2016
15:12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar